Tunagrahita
adalah orang yang mengalami keterbatasan pada fungsi intelektual yang berada
dibawah rata-rata dari orang normal, sehingga dalam proses pendidikan lebih
menitik beratkan pada latihan dan keterampilan. Pada umumnya pendidikan lebih
ditujukan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam bidang akademis. Namun,
pendidikan semacam itu tidak tepat jika diterapkan untuk tunagrahita. Yayasan
Asih Budi (YAB) yang berlokasi di kawasan Duren Sawit Jakarta Timur
menyelenggarakan Program Pendidikan Luar Biasa bagi tunagrahita yang tidak
mampu mengikuti program pendidikan pada sekolah umum. SLB C Asih Budi ini
mendidik tunagrahita ringan yang memiliki IQ antara 55-70 skala WISC, terdiri
dari: Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Luar Biasa (SLTPLB), Sekolah Menengah
Luar Biasa (SMLB) dan Unit Latihan Kerja (ULAKA).
Selain
mendapatkan materi pelajaran yang sifatnya akademis, siswa mendapatkan latihan
keterampilan berupa keterampilan perkayuan dan anyaman rotan, cetak sablon,
tata boga dan tata busana. Untuk menghilangkan kejenuhan diadakan kegiatan seni
seperti angklung, degung, tari dan kegiatan seni lainnya. SLB C Asih Budi juga
menekankan pentingnya olahraga bagi tunagrahita yang dirintis sejak tahun 1989
melalui Lembaga Olahraga khusus tunagrahita yaitu Specil Olymics Indonesia
(SOIna), maka setiap hari sabtu siswa wajib mengikuti kegiatan olahraga.
Menurut Ny. R.A. Aryanto S. SE (Ketua Dewan Pengurus Yayasan Asih Budi), dengan
berolahraga tunagrahita akan memiliki fisik yang sehat sehingga motoriknya akan
baik. Dengan motorik yang baik, maka mereka bisa ikut latihan keterampilan
dengan baik. Ini akan melatih anak menjadi disiplin, bugar, percaya diri,
memiliki harga diri dan menjadi anggota masyarakat yang baik.
Menentukan Minat dan
Bakat
SLB C Asih
Budi memberikan beberapa jenis keterampilan yang bisa dipilih oleh siswa sesuai
dengan minat dan kemampuan yang dimiliki. Untuk menentukan pilihan keterampilan
pada anak, menurut Siti Na´ima (Kepala Sekolah), biasanya sekolah memberikan
formulir kepada orang tua murid untuk diisi jenis keterampilan apa yang akan
dipilih oleh anak. Selanjutnya dikonsultasikan pada guru keterampilan yang
bersangkutan apakah anak tersebut berbakat atau tidak pada bidang tersebut.
Sejak SLTP,
sudah mulai ada penjurusan, anak bisa mengikuti seluruh pendidikan keterampilan
yang ada. Maka ketika anak duduk di SM, anak sudah harus menentukan program
pilihan mana yang paling disukai. Untuk memperdalam kemampuan anak, maka anak
bisa diikutkan dalam pendidikan non formal yaitu Unit Latihan Kerja (ULAKA)
selama dua tahun dan selanjutnya mereka akan diproduktifkan dalam workshop (
Bengkel kerja ) yang merupakan lapangan kerja terlindung di bawah YAB atau
kalau mungkin disalurkan ke masyarakat luas.
Masalah yang
sering dihadapi oleh tenaga kerja tunagrahita bila disalurkan ke luar,
"Mereka tidak tahan banting," bosan dengan lingkungan kerja, dan
tidak dapat menyesuaikan diri dengan orang di lingkungannya, kata Ulfah Nuroni
(Koordinator ULAKA). "Kita pernah menyalurkan 12 orang ke percetakan, tapi
yang bertahan hanya dua orang," lanjut Ulfah Nuroni. Secara kualitas hasil
karya tunagrahita tidak jauh berbada dengan orang normal, hanya secara kuantitatif
sangat jauh, karena memang kondisi emosi mereka sangat mempengaruhi hasil yang
akan dicapai.
Hasil Karya Tunagrahita
Hasil karya
tunagrahita yang dapat diproduksi dari latihan keterampilan yang diberikan di
YAB antara lain : keterampilan perkayuan, dari keterampilan ini mereka membuat
berbagai jenis alat peraga pendidikan contohnya permainan puzzle dalam berbagai
bentuk. Keterampilan cetak sablon, produk yang dihasilkan antara lain :
mencetak kop surat, kartu nama, kartu bayaran sekolah, undangan sederhana, dan
lain-lain. Keterampilan tata busana (menjahit ); menjahit bentuk-bentuk pola
yang sederhana seperti : sarung bantal, celemek, tas, tempat tissu, penutup
dispenser dan penutup kulkas. Keterampilan tata boga (memasak), jenis-jenis
makanan yang dibuat adalah yang sederhana dan mudah seperti : bakwan, tahu isi,
martabak telur. Setiap hari mereka mengisi kantin dengan makanan buatan mereka
sendiri untuk dijual pada saat jam istirahat kepada teman-teman mereka sendiri.
Untuk memasarkan hasil karya tunagrahita ini, biasanya mereka YAB membuka bazar
pada suatu acara baik di sekolah pada saat pembagian raport atau acara di luar,
bekerja sama dengan lembaga atau instansi lain atau untuk memenuhi kebutuhan
YAB sendiri seperti : kop surat, kartu bayaran dan kartu nama. Dalam upaya
memenuhi target pesanan yang tidak dapat dipenuhi sendiri, maka YAB bekerja
sama dengan SLB C lain yang ada di DKI Jakarta.
Dengan
pelayanan pendidikan yang sistematis dan terarah, tunagrahita diharapkan dapat
menjadi warga masyarakat yang terampil dan mandiri. Walaupun dalam kenyataannya
dukungan dan bimbingan serta pengawasan tetap merupakan suatu kebutuhan yang
memang tidak dapat dilepaskan begitu saja dari kehidupan tunagrahita.
dikutip dari :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar