Anak tuna grahita adalah yang
memiliki keterbelakangan mental dari anak normal pada umumnya. Di sekitar kita
banyak dijumpai anak tuna grahita atau anak terbelakang mental. Mereka biasanya
menarik diri dari pergaulan karena mereka sering dihina oleh teman dan
lingkungannya sebagai anak yang bodoh.
Orang tua biasanya malu memiliki
anak demikian dan para guru di sekolah umum juga kurang paham tentang anak tuna
grahita ini sehingga para guru memaksakan memberikan pelajaran sesuai target
kurikulum yang telah ditentukan.
Sekarang para orang tua sebaiknya
tidak perlu malu memiliki anak tuna grahita karena sekarang sudah ada sekolah
yang menampung anak demikian yaitu sekolah luar biasa bagian C. Sebaiknya para
guru bila memiliki anak didik yang terbelakang dari anak-anak normal lainnya,
misalnya anak tidak bisa membaca sampai kelas III/IV atau terlambat sekali
dalam berhitung dan pelajaran akademik lainnya tolong kordinasikan dengan orang
tua agar mau merujuk anaknya ke sekolah luar biasa bagian C. Karena bila guru
maupun orang tua memaksakan anak mengikuti pendidikan di sekolah umum maka
pendidikan pada anak tidak akan berhasil, bila dipaksa anak biasanya akan
menarik diri dari pergaulan yang lama kelamaan menyebabkan anak malas masuk
sekolah. Untuk menghindari hal itu mengapa tidak menyekolahkan anak di sekolah
luar baisa bagian C saja, karena akan sesuai dengan kemampuan anak.
Di bawah ini penulis akan
menyajikan sekelumit asas pengajaran yang selama ini telah diterapkan di
sekolah luar biasa bagian C yaitu:
Asas keperagaan
Karena anak tuna grahita sangat lambat daya
tangkapnya maka penggunaan alat bantu mengajar sangat bermanfaat. Manfaat
penggunaan alat peraga bagi anak tuna grahita yaitu untuk menarik minat anak
untuk belajar agar anak tidak cepat bosan karena anak tuna grahita cepat sekali
bosan dalam menerima pelajaran, mencegah verbalisme yaitu anak hanya tahu
kata-kata tanpa mengerti maksudnya anak tuna grahita sering menirukan apa yang
didengar atau dikatakan oleh temannya padahal mereka tidak tahu maksud yang
dikatakan tersebut, dengan alat peraga pengalaman anak akan diberikan secara
baik yaitu dari yang paling kongkret menuju ke hal yang kongkret akhirnya ke
hal-hal yang abstrak, anak akan mendapat pengertian yang mendalam. Untuk anak
tuna grahita penggunaan alat peraga ini lebih banyak karena berguna membantu
proses berpikir anak, meskipun pengertian materi-materi tersebut sangat
sederhana.
Asas Kehidupan Kongkret
Di dalam penerapan asas ini anak diperlihatkan
dengan benda atau dengan situasi yang sesungguhnya, kemudian dijelaskan pula
penggunaan atau kenyataan yang sesungguhnya dalam kehidupan sehari-hari.
Suatu contoh anak diajak ke pasar, dikenalkan
alat-alat atau kebutuhan makanan sehari-hari. Misal: panci, sendok, piring,
garpu dan lain-lain beserta penggunaan atau bahan makan misal beras, sayuran,
gula, dan sebagainya. Atau contoh lain anak dikenalkan alat-alat yang
dipergunakan untuk membersihkan gigi, dijelaskan bagaimana cara menggunakan
sekaligus diberi pengertian dengan menggosok gigi secara rutin dapat terjaga
kesehatan giginya.
Asam Sosialisasi
Bersosialisasi penting sekali bagi anak tuna
grahita. anak tuna grahita harus belajar mewujudkan dirinya sendiri dan
diharapkan anak merasa bahwa dirinya punya pribadi yang ada persamaan dan
perbedaan dengan pribadi yang lain. Dengan penerapan asas ini diharapkan anak
terbelakang dapat menemukan tempat tertentu dalam masyarakat yang sesuai dengan
kemampuannya dan dapat mengembangkan tingkah laku yang sesuai serta dapat
diterima dalam masyarakat.
Asas Skala Perkembangan Mental
Mengingat bahwa anak tuna grahita mempunyai
keterbelakangan dalam kemampuan berpikir, akibatnya ada anak yang mempunyai
umur kalender lebih banyak, sedang umur mentalnya dibawah umur kalendernya.
Oleh sebab itu dalam pengajaran diterapkan asas skala perkembangan mental. Asas
ini berhubungan dengan penempatan anak di dalam kelas-kelas. Pengajaran akan
berhasil apabila di dalam suatu kelas perkembangan mental anak sama atau hampir
sama, sehingga memudahkan dalam memberikan materi pelajaran. Meskipun demikian
dalam menyampaikan pelajaran guru harus menyesuaikan dengan kemampuan
masing-masing anak.
Asas Individual
Maksud asas individual yaitu pemberian bantuan
atau bimbingan kepada seseorang sesuai dengan kemampuannya agar dapat belajar
dengan baik. Asas ini penting sekali bagi anak tuna grahita dikarenakan
kemampuannya yang terbatas sehingga menghambat perkembangan kepribadian.
Oleh karena itulah perlu pengajaran
individual. Karena selain kemampuan yang terbatas, anak tuna grahita cenderung
terganggu emosinya/ emosi tidak stabil dimana hal ini merupakan penghambat,
maka perlu pengajaran individual guna mencari sebab dan cara mengurangi
gangguan tersebut.
Demikianlah asas pengajaran yang
diterapkan di sekolah luar biasa bagian C. Apakah orangtua yang memiliki anak
tuna grahita masih ragu atau malu untuk menyekolahkan anak mereka ke sekolah
luar biasa bagian C. Kalau masih ragu atau malu tolong hilangkan keraguan dan
rasa malu itu karena itu akan merugikan anak yang kita cintai dan hal itu akan
menghambat perkembangan potensi yang dimiliki anak.
dikutip dari :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar